Senin, 30 Mei 2016

Bisnis Budidaya Udang Hias

Peluang udang hias yang menjanjikan mendorong Ardi Azri banting setir dari usaha budidaya lobster ke udang hias. Usaha yang dinamainya Cigadog Farm Sukabumi ini nyatanya tak hanya mampu memproduksi udang hias untuk pasar lokal saja, namun juga merambah ke pasar ekspor seperti Jepang.
Primadona untuk pasar ekspor adalah udang jenis Red Cherry. Udang jenis ini di pasaran lokal sudah melewati tren, namun pasaran ekspor justru konsisten meminta pasokan udang ini kepada Ardi.
Memelihara udang hias menurut Ardi gampang-gampang susah. “Kunci utamanya adalah kita harus memiliki pengetahuan dan ketelatenan lebih. Pasalnya, untuk menghasilkan udang hias yang berkualitas, pembudidaya harus mengetahui pasti tingkat keasaman air dan suhu udara di tempat udang dibudidayakan, karena tiap udang pasti berbeda penanganannya,” papar Ardi.  
Peralatan dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan sama seperti membudidaya ikan hias umumnya, yakni menyiapkan tempat pemijahan dan pemeliharaan yang bisa berupa akuarium atau kolam semen, aerator, termometer, dan peralatan pendukung lainnya seperti serokan ikan.
Lantas, seperti apa cara budidaya udang hias ala Ardi?

Lokasi Pemeliharaan. Dalam memelihara udang hias yang terpenting harus diperhatikan manajemen budidaya serta kualitas air. Selain air, faktor suhu dan ketenangan lokasi pembudidayaan juga penting. Tempat budidaya juga harus tenang karena udang mudah sekali stres yang dapat menyebabkan kematian.

Proses Perkawinan. Dalam mengawinkan udang hias, Ardi memilih menggunakan cara kawin massal. Menurutnya, dengan cara ini perkawinan udang akan lebih mudah terjadi karena udang akan lebih leluasa dalam memilih pasangannya. Selain itu, karena udang hias ini berukuran kecil, maka dengan kawin massal tidak memerlukan wadah pemeliharaan dan tempat yang terlalu luas. Dalam akuarium ukuran 40x50 cm saja Ardi bisa menempatkan 50 ekor induk.
Sebelum udang dimasukkan ke dalam air, sebaiknya letakkan substrat seperti potongan kayu yang berguna sebagai shelter atau tempat berlindung udang, serta tanaman air yang berfungsi sebagai pakan alami untuk udang. Ardi tidak mematok perbandingan jantan dan betina induk udang. Setelah indukan jantan dan betina disatukan dalam satu akuarium selama satu minggu, udang hias betina akan mengerami telurnya sekitar 1 bulan. Dari ratusan telur yang berhasil menetas berkisar puluhan telur. “Satu indukan biasanya akan menetaskan benih udang hias sebanyak 20 ekor, dari 20 ekor itu yang hidup sekitar 15%,” terang Ardi. Setelah anakan udang cukup besar dan bisa dipisahkan, sang induk bisa langsung dikawinkan lagi dalam rentang waktu dua mingguan.
Selama 1 bulan anak–anak udang bersembunyi di bawah tanaman air. Setelah itu mereka membaur dengan indukan, dan siap dijual pada saat umur 2-3 bulan. Masa hidup udang kurang lebih 3 tahun. Masa produktif induk udang biasanya sekitar 10 kali memijah, setelah itu udang dikategorikan afkir.

Pakan. Ardi tidak memberikan pakan khusus, apalagi air yang terdapat dalam kolam telah mengandung plankton. Pakan tambahan yang diberikan bisa berupa pelet khusus atau cacing beku. Frekuensi pemberian pakan khususnya pelet atau cacing beku cukup 2 kali sehari, agar tidak ada akumulasi pakan dan kotoran berlebih dalam akuarium.
Dalam sebulan, untuk memenuhi permintaan ekspor, Ardi memasok sedikitnya 200 ribu ekor udang hias ke pasar Jepang. Sedangkan penyerapan untuk pasar lokal sekitar 10-30 ribu ekor untuk berbagai jenis udang. Maka dari usaha ini, Ardi bisa meraih omset sekitar Rp 160 juta dengan keuntungan 80% atau sekitar 128 juta per bulan.


sumber http://www.jitunews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar